VISI: “Banda Aceh Kota Kolaborasi”
Visi ini mencerminkan tekad untuk menjadikan Banda Aceh sebagai kota yang tidak hanya berkembang dari segi infrastruktur, tetapi juga dalam hal keterlibatan berbagai pihak. Dengan fokus pada kolaborasi, pasangan ini berencana untuk bekerja sama dengan berbagai sektor, baik pemerintah, masyarakat, maupun sektor swasta, untuk menciptakan solusi bersama yang dapat meningkatkan kualitas hidup di kota tersebut.

MISI :
- Meningkatkan kualitas pelayanan dasar, Ini menunjukkan komitmen untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur tersedia dan terjangkau oleh seluruh warga. Fokus pada pelayanan dasar ini penting untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan berkembang.
- Meningkatkan tata kelola pemerintahan adaptif, inovatif, dan responsive,Misi ini menunjukkan bahwa pasangan Illiza-Afdhal akan berfokus pada perbaikan sistem pemerintahan kota. Tata kelola yang adaptif berarti responsif terhadap perubahan dan tantangan baru, inovatif untuk mencari solusi baru, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, yang mencerminkan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan.
- Memperkuat kemitraan pembangunan, Ini mencerminkan pendekatan berbasis kolaborasi, di mana pihak-pihak terkait (pemerintah, masyarakat, organisasi, dan sektor swasta) diajak untuk berpartisipasi dalam pembangunan kota. Dengan memperkuat kemitraan ini, pembangunan akan lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
- Memanfaatkan potensi sumber daya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan kota, Pasangan ini berfokus pada pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya secara efektif, baik itu sumber daya alam, manusia, maupun ekonomi, untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa mencakup pengembangan ekonomi lokal, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan peningkatan kualitas hidup secara umum.
- Meningkatkan nilai-nilai agama dan budaya, Ini menunjukkan komitmen mereka untuk mempertahankan dan memperkuat nilai-nilai lokal, khususnya yang berkaitan dengan agama dan budaya. Peningkatan ini bisa dalam bentuk pelestarian tradisi, penguatan pendidikan agama, serta membangun masyarakat yang lebih berbudi pekerti.
- Memberdayakan generasi muda dan memajukan olahraga, Fokus pada pemberdayaan generasi muda adalah penting untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Program ini bisa mencakup pelatihan keterampilan, kesempatan pendidikan, serta pengembangan karakter. Sementara itu, memajukan olahraga menunjukkan upaya mereka untuk mendorong gaya hidup sehat dan menciptakan peluang bagi atlet muda.
- Menjaga kualitas lingkungan hidup, Kesadaran lingkungan yang semakin meningkat di berbagai tempat, termasuk Banda Aceh, mendorong pasangan ini untuk menjaga dan melestarikan alam. Ini bisa mencakup upaya mengurangi polusi, melestarikan ruang terbuka hijau, dan mempromosikan kebijakan ramah lingkungan dalam pembangunan kota.
Kesimpulan dari analisa Visi dan misi pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal-Afdhal Khalilullah mencerminkan pendekatan yang komprehensif terhadap pembangunan kota Banda Aceh. Dengan kolaborasi sebagai tema utama, mereka berusaha untuk menciptakan pemerintahan yang responsif, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melestarikan budaya, serta memastikan keberlanjutan lingkungan. Misi-misi yang lebih terperinci menunjukkan perhatian pada sektor-sektor vital yang akan membentuk masa depan kota tersebut, menjadikannya tempat yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat.
PENDAPAT PARA AHLI :
VISI : “Banda Aceh Kota Kolaborasi”
Menurut Michael E. Porter dalam teori keunggulan kompetitif, kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat dapat meningkatkan daya saing suatu wilayah. Konsep “kota kolaborasi” yang diusung pasangan Illiza-Afdhal mencerminkan upaya menciptakan sinergi antar berbagai pihak untuk mencapai tujuan pembangunan. Peter Senge dalam bukunya The Fifth Discipline juga menyatakan bahwa kolaborasi adalah kunci untuk membangun “organisasi pembelajar”, yang dalam konteks ini adalah kota yang berkembang melalui proses belajar kolektif. Dengan mengedepankan kolaborasi, kota bisa memanfaatkan potensi sumber daya yang lebih luas, menciptakan solusi yang lebih inovatif dan berkelanjutan. Sehingga, visi ini memiliki landasan yang kuat dalam teori pembangunan berbasis partisipasi.
MISI :
- Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dasar Amartya Sen dalam Capability Approach-nya menekankan bahwa kualitas hidup dapat diukur dengan kemampuan individu untuk mengakses kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas pelayanan dasar bukan hanya soal menyediakan layanan, tetapi juga memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat mengaksesnya tanpa hambatan. Joseph Stiglitz, pemenang Nobel Ekonomi, dalam teori pembangunan yang inklusif juga menekankan bahwa pemerataan akses terhadap layanan dasar adalah salah satu kunci untuk mengurangi ketimpangan dan memastikan pembangunan yang adil bagi seluruh warga negara. Hal ini sejalan dengan misi pasangan Illiza-Afdhal untuk meningkatkan kualitas layanan yang dijangkau oleh semua warga, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan.
- Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan Adaptif, Inovatif, dan Responsif. Elinor Ostrom, ahli dalam teori tata kelola sumber daya bersama, berpendapat bahwa tata kelola yang baik harus bisa beradaptasi dengan perubahan sosial dan lingkungan. Pemerintah yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan inovatif dalam mencari solusi baru akan mampu menghadapi tantangan pembangunan secara efektif. Misi ini mencerminkan tujuan untuk membangun sistem pemerintahan yang fleksibel dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih efisien. James E. Anderson, dalam bukunya Public Policymaking, juga menyatakan bahwa kebijakan publik yang baik harus dapat merespons kebutuhan masyarakat dan terus berinovasi seiring dengan perkembangan zaman. Pendekatan yang adaptif dan inovatif ini akan memungkinkan pemerintah untuk menghadapi tantangan yang terus berubah dan memberikan solusi yang tepat guna.
- Memperkuat Kemitraan Pembangunan. Robert Putnam dalam Bowling Alone menyatakan bahwa keterlibatan sosial dan kolaborasi antara sektor-sektor berbeda dalam masyarakat dapat meningkatkan kualitas pembangunan. Kemitraan yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menciptakan “modal sosial” yang kuat, yang membantu mempercepat pembangunan dan menciptakan lingkungan yang lebih stabil dan kooperatif. Amartya Sen, juga berbicara tentang pentingnya kolaborasi antar pihak dalam menciptakan kesejahteraan sosial. Kemitraan pembangunan yang efektif antara berbagai aktor, seperti pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, akan menciptakan ekosistem yang mendukung pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
- Memanfaatkan Potensi Sumber Daya untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat dan Kemajuan Kota. Herman Daly, ekonom ekologi, berbicara tentang perlunya memanfaatkan sumber daya secara berkelanjutan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa merusak lingkungan. Dalam konteks ini, memanfaatkan potensi sumber daya untuk kesejahteraan masyarakat dan kemajuan kota harus dilakukan dengan pendekatan yang mempertimbangkan kapasitas lingkungan dan keberlanjutan jangka panjang. Jeffrey Sachs, dalam The Age of Sustainable Development, menggarisbawahi bahwa untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, penting untuk memanfaatkan sumber daya alam dengan cara yang tidak merusak lingkungan. Pembangunan berkelanjutan yang menggabungkan pengelolaan sumber daya yang bijaksana akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial yang inklusif.
- Meningkatkan Nilai-Nilai Agama dan Budaya. Clifford Geertz, seorang ahli antropologi, menyatakan bahwa budaya adalah fondasi penting dalam pembentukan masyarakat dan identitas sosial. Menguatkan nilai-nilai agama dan budaya dalam pembangunan dapat memperkokoh solidaritas sosial dan memperkuat kohesi sosial di tengah masyarakat yang beragam. Penguatan nilai-nilai ini akan memberikan masyarakat landasan moral yang kuat untuk menghadapi tantangan zaman. Max Weber dalam The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism menyoroti bagaimana nilai-nilai agama dapat memengaruhi perilaku ekonomi dan sosial. Dalam konteks ini, meningkatkan nilai-nilai agama dapat mendorong warga untuk berperan aktif dalam pembangunan dengan etos kerja dan tanggung jawab sosial yang lebih tinggi.
- Memberdayakan Generasi Muda dan Memajukan Olahraga. John Dewey, seorang filsuf pendidikan, berpendapat bahwa pendidikan adalah sarana utama untuk pemberdayaan individu. Pendidikan dan pemberdayaan generasi muda sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan berkembang. Memberdayakan generasi muda melalui pendidikan yang berkualitas, keterampilan praktis, serta kegiatan olahraga dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak pembangunan. Pierre Bourdieu, dalam karyanya tentang Social Capital, menyatakan bahwa kegiatan kolektif seperti olahraga dapat membantu membangun jaringan sosial yang kuat dan memperkuat solidaritas antar individu dalam masyarakat. Olahraga juga bisa menjadi alat penting untuk pengembangan karakter dan kesehatan mental generasi muda.
- Menjaga Kualitas Lingkungan Hidup. David Attenborough, seorang naturalis terkenal, mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan hidup sebagai bagian dari pembangunan berkelanjutan. Dalam teorinya tentang keberlanjutan, Jeffrey Sachs menyatakan bahwa menjaga kualitas lingkungan hidup adalah kunci untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan memastikan kesejahteraan generasi mendatang. William Rees, seorang ahli ekologi manusia, menggarisbawahi bahwa pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan akan berdampak negatif pada ekosistem dan kualitas hidup. Oleh karena itu, menjaga kualitas lingkungan hidup harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan pembangunan kota yang berkelanjutan.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari Pendapat para ahli tentang misi pasangan Illiza Sa’aduddin Djamal-Afdhal Khalilullah menunjukkan bahwa visi mereka untuk membangun Kota Banda Aceh melalui pendekatan berbasis kolaborasi, pemberdayaan, dan keberlanjutan sangat relevan dengan prinsip-prinsip pembangunan modern dan teori tata kelola yang baik. Misi mereka mencerminkan pemahaman yang kuat tentang pentingnya akses terhadap layanan dasar, tata kelola yang adaptif dan responsif, pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, dan penguatan nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Pendekatan ini berpotensi mendukung terciptanya Banda Aceh yang lebih sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan.